Blogger Widgets

Hei teman, cari sejarah disini ^^

Sabtu, 01 Maret 2014

Sejarah Kota Kinabalu

Pada akhir tahun 1800-an, Perusahaan Borneo Utara Inggris (SBUB) mulai mendirikan koloni di seluruh Kalimantan Utara.[6] Pada tahun 1882, Perusahaan ini telah mendirikan sebuah permukiman kecil di daerah yang dikenal sebagai Teluk Gaya yang dihuni oleh suku Bajau.[7] Permukiman pertama adalah di Pulau Gaya.[2] Namun pada tahun 1897, permukiman pertama ini dibakar dan dihancurkan oleh pejuang kebebasan Bajau, yaitu Mat Salleh.[8] Charles Jessel, wakil ketua SBUB pada saat itu, asal nama kota Jesselton diambil dari namanya. Setelah kehancuran Pulau Gaya, SBUB memutuskan untuk memindahkan permukiman ke daratan yang lebih mudah dipertahankan seperti di Teluk Alternatif (kini Teluk Sepanggar) pada tahun 1898, namun ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan.[9] Pada tahun 1899, Mr Henry Walker, Komisaris Tanah mengidentifikasi sebuah wilayah dengan luas 30 acre (12 ha) sebagai pengganti Teluk Alternatif.[10] Sebuah desa nelayan yang bernama Api-Api (lihat Nama asal di bawah) akhirnya dipilih karena posisinya yang dekat dengan Layanan Kereta Api Borneo Utara dan merupakan pelabuhan alam yang terlindung dari angin.[2] Pusat administrasi yang baru ini dinamakan Jesselton[11] sesuai dengan nama Tuan Charles Jessel, yang merupakan Wakil Ketua SBUB pada saat itu. Akhirnya, Jesselton menjadi sebuah pos perdagangan utama di wilayah Borneo Utara, dengan perdagangan karet, rotan, madu, dan lilin menjadi komoditas utama.[2][12] Kereta api sudah digunakan untuk mengangkut barang-barang ke pelabuhan Jesselton.[12] Perlawanan orang Melayu dan Bajau pada waktu itu tidak begitu signifikan, dan perusahaan juga bekerja keras untuk melawan ancaman bajak laut yang telah lama terjadi di wilayah ini. Kota ini telah dibumihangus oleh pihak Inggris ketika Perang Dunia Kedua untuk mencegah kejatuhan ke tangan Jepang.[2][7] Setelah akuisisi Borneo oleh Jepang, kota ini kembali dinamakan Api-Api. Beberapa pemberontakan terhadap pemerintahan tentara Jepang sempat terjadi di Api-Api. Satu pemberontakan besar yang terjadi pada 10 Oktober 1943 oleh Gerilyawan Kinabalu yang merupakan penduduk pribumi. Tentara Jepang menghentikan pemberontakan ini setelah pemimpinnya, Albert Kwok, ditangkap dan dibunuh pada tahun 1944.[13][14] Pada tahap akhir perang, kota ini sekali lagi dihancurkan oleh tentara Sekutu dengan pengeboman siang dan malam dalam waktu lebih dari enam bulan sebagai bagian dari Kampanye Borneo pada tahun 1945.[2][7] Sebagai akibat dari aksi ini, hanya tiga bangunan yang tetap berdiri.[2][7] Perang di Borneo Utara berakhir dengan penyerahan diri resmi Angkatan Darat Jepang ke-37 oleh Letjen Baba Masao di Labuan pada 10 September 1945.[15]
Setelah perang berakhir, SBUB kembali untuk mengatur Jesselton tetapi tidak mampu untuk membiayai biaya rekonstruksi yang sangat besar. Mereka menyerahkan pengawalan Borneo Utara ke Mahkota Inggris pada 15 Juli 1946. Pemerintah kolonial baru telah dipilih untuk membangun kembali Jesselton sebagai pusat pemerintahan baru, selain Sandakan yang juga telah hancur sewaktu perang.[16] Pada periode 1948-1955, sebuah Rencana Rekonstruksi dan Pembangunan untuk Borneo Utara telah didirikan oleh pemerintah Inggris.[17] Pemerintah Inggris telah menyetujui dana sebesar £6.051.939 dengan perincian £2.232.882 untuk pembangunan kembali dan £3.819.057 untuk proyek-proyek baru.[17] Jalan telah dibangun, pelabuhan dibersihkan dan bandara diperbaiki. Rekonstruksi pekan dan sektor pertanian juga diberi perhatian. Roy Edgardo Parry, Direktur Pendidikan pertama, telah ditunjuk untuk mempersiapkan rencana lima tahun untuk pengembangan pendidikan.[17] Saat Borneo Utara bersatu dengan Serawak, Singapura dan Federasi Malaya untuk membentuk Federasi Malaysia pada tahun 1963, negara ini berubah nama dan dikenal sebagai Sabah, dengan Jesselton tetap sebagai pusat pemerintahan utama.[7] Jesselton sebagai kota diubah namanya menjadi Kota Kinabalu pada 30 September 1968 dan menerima status kota dari pemerintah Malaysia pada 2 Februari 2000.[7]
BY : GHEFIRA NUR FATIMAH WIDYASARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar